Semarang, Kabarku.net – Maraknya berita hoax, kondisi bangsa Indonesia tengah dihadapkan dengan berbagai ujian kebangsaan yang tercermin dari lunturnya nasionalisme dan sikap bela negara.
Penggunaan sentimen suku agama ras, dan antargolonga (SARA) dalam kehidupan sosial politik, menjamurnya radikalisme dan sektarianisme, serta maraknya kasus korupsi dan terorisme yang berimpit dengan gejala kemiskinan, pengangguran, ketimpangan ekonomi bahkan pada wilayah penegakan hukum sekalipun.
Kondisi ini membuat pengasuh pondok pesantren Giri Kusumo Mranggen, Demak, KH. Munif Zuhri atau yang akrab disapa Mbah Munif tergerak membentuk Forum Cinta Tanah Air.
“Tujuannya untuk mengaktualisasikan konsep dan prinsip bela negara dalam konteks negara bangsa di Indonesia,” kata KH. Munif
Forum Cinta Tanah Air beranggotakan kalangan cendekiawan, rektot perguruan tinggi, ulama, dan pengasuh pondok pesantren di Jateng.
Melalui forum ini nantinya akan merumuskan kurikulum anti radikalisme dan intoleransi di Jawa Tengah (Jateng).
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengapresiasi dan mendukung penuh adanya Forum Cinta Tanah Air tersebut.
Apalagi, forum itu hadir untuk membuat pedoman pengajaran di sekolah sebagai upaya melindungi generasi muda dari bahaya paham-paham radikal dan intoleran.
“Forum Cinta Tanah Air yang dipelopori Mbah Munif ini sangat brilian menggabungkan kampus dan pondok pesantren, berkolaborasi untuk membuat kurikulum pendidikan antti redikalisme dan toleransi,” kata Ganjar saat menghadiri Focus Group Discussion (FGD) Forum Cinta Tanah Air di Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Minggu (4/4).
Baca juga :
- Ganjar Berhasil Nyalakan Api Abadi Mrapen yang Padam Sejak 2020
- PKS Jateng Santuni Anak Yatim
- Ganjar Akan Hidupkan Api Abadi Mrapen yang Padam Selama 6 Bulan
- Evalusi Uji Coba PTM di Jateng, Ganjar Menyatakan Bagus
- KSR PMI Unit Unisri Akan Gelar Webinar Kesehatan Mental
Keberadaan forum tersebut, lajut Ganjar, sangat tepat sebagai jawaban kondisi masyarakat saat ini. Apalagi baru-baru ini, ada aksi terorisme di Makassar dan penembakan di Mabes Polri Jakarta yang dilakukan oleh anak-anak muda.
Forum ini sebagai upaya melindungi generasi muda dari paham radikalisme dan intoleransi. Dengan membentuk karakter dan membuat metode dan metodologi pembelajaran yang baik.
“Diharapkan membuat anak-anak tidak hanya cerdas secara intelektual, tapi juga emosional. Jadi, tidak gampang ngamukan, tidak baperan,” ujarnya.
Setelah kurikulum yang dihasilan Forum Cinta Tanah Air selesai, sambung Ganjar akan diterapkan dalam setiap pembelajaran yang ada disemua jenjang pendidikan.
“Hasil forum ini tentu akan menjadi bagian penting dalam pendidikan di Jawa Tengah. Jadi kalau siswa belajar harus ada gurunya dan isinya benar. Kalau tidak ada gurunya, mereka akan belajar di internet. Nanti merasa benar, muncul ujaran kebencian, gampang ngamuk, dan sampai pada tindakan yang tidak diinginkan,” katanya.
Sementara Rektor UIN Walisongo Semarang, Prof. Imam Taufiq menyatakan, forum tersebut muncul dari kegelisahan dan kekhawatiran tentang isu kekerasan dan radikalisme saat ini.
Oleh karenanya, semua pihak harus berkolaborasi, pemerintah, kampus, dan pondok pesantren untuk memberikan suatu pembelajaran dengan desain ramah dan santun.
“Pondok pesantren dengan karakter khasnya, kampus dengan dunia keilmuaan, dan pemerintah harus bersama-sama merumuskan desain pendidikan yang ramah dan santun,” katanya.
Setelah ini, lanjut Prof. Imam, akan keluar modul-modul yang bisa digunakan dalam pembelajaran berbagai pihak, khususnya sekolah umum yang ada di bawah koordinasi pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota..
“Sudah empat kali pertemuan, sudah mengerucut hampir selesai, jadi sebentar lagi bisa diterapkan. Intinya pendidikan mengajarkan kebersamaan, tidak mempermasalahkan perbedaan, kekerasan tidak melakukan kriminalitas, dan lainnya, tapi toleransi,” ujarnya
Hingga saat ini sudah menggelar empat kali Focus Grup Discussion (FGD) yakni di Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, pondok pesantren Giri Kusumo, Universitas Negeri Semarang (Unnes), dan Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang.
.