
Episode: 33
Kabarku.net – Al-Walid bin Mughiroh adalah salah seorang pemimpin dari Bani Makhzum yang sangat dihormati dan disegani kaumnya.
Dia adalah orang yang berkedudukan dan kaya karena Al-Walid adalah seorang pebisnis handal. Memiliki kafilah dagang yang berniaga hingga ke negeri Yaman, Syam hingga Habasyah.
Belum lagi perkebunan luas milikinya di Thaif sudah cukup menggambarkan kalau Al-Walid bukanlah orang sembarangan.
Tak hanya itu Al-Walid juga memiliki karakter kedermawanan yang sangat melegenda.
Diriwatkan saat musim haji Al-Walid setiap hari menyembelih 10 ekor onta untuk dibagikan kepada jamaah haji yang datang ke Mekkah.
Ditambah lagi Al-Walid sangat masyhur dikenal sebagai penyair hebat di tengah tengah masyarakat Qurays.
Hal ini semakin mengukuhkan karisma potret seorang Al-Walid bin Mughiroh.
Namun, sangat disayangkan, kecerdasan dan kekuatan finansial yang ada pada Al-Walid tidak pernah mengantarkannya kepada hidayah Allah.
Justru sebaliknya berada di barisan paling depan sebagai penentang dakwah Nabi Muhammad.
Suatu hari Al-Walid bin Mughirah datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Saat itulah Rasulullah membacakan Alquran di hadapan Al-Walid dengan harapan mendapatkan hidayah Islam.
Seperti halnya Abu Jahal, Abu Sufyan, dan Al-Akhnas, sebenarnya Al-Walid juga sangat takjub dengan apa yang didengar dari Alquran.
Setiap rima dan keindahan kata dalam Alquran benar- benar membuatnya terkesima. Al-Walid yang dikenal masyarakatnya sebagai penyair hebat tidak bisa menutupi kekaguman terhadap Alquran.
Al-Walid tidak bisa mengelak bahwa apa yang terkandung dalam Alquran punya kekuatan sastra yang sangat menyentuh dengan hakikat-hakikat makna yang tidak mungkin terpatahkan.
Baca juga:
- Ganjar Berhasil Nyalakan Api Abadi Mrapen yang Padam Sejak 2020
- PKS Jateng Santuni Anak Yatim
- Ganjar Akan Hidupkan Api Abadi Mrapen yang Padam Selama 6 Bulan
- Evalusi Uji Coba PTM di Jateng, Ganjar Menyatakan Bagus
- KSR PMI Unit Unisri Akan Gelar Webinar Kesehatan Mental
Hingga akhirnya berita tentang pertemuan Al-Walid dengan Rasulullah dan kekagumannya terhadap Aquran sampai ke telinga keponakannya yaitu, Abu Jahal.
Abu Jahal khawatir seandainya pamannya itu meninggalkan agama nenek moyangnya dan menjadi pengikut Nabi Muhammad.
Maka, Abu Jahal pun mendatangi Al-Walid seraya memprovokasi pamannya itu: “Wahai, paman. Kaummu ingin mengumpulkan harta untukmu!”
Al Walid bertanya, ”Untuk apa mereka mengumpulkan harta untukku?”
Abu Jahal menjawab, “Wahai pamanku, kaummu siap mendermakan hartanya untuk dihadiahkan secara khusus untukmu. Mereka minta supaya engkau menghindari Muhammad dan jangan pernah lagi mendatanginya dengan alasan apa pun.”
Abu Jahal mulai mengarahkan tipu muslihat untuk membuat hati Al-Walid menjadi bimbang.
Al-Walid dengan nada penuh marah berkata: “Orang-orang Quraisy sudah tahu bahwa aku adalah orang yang paling kaya dan banyak hartanya.”
Abu Jahal menimpali:”Ucapkanlah suatu kalimat yang menjelaskan kepada kaummu, bahwa engkau mengingkari apa yang dibawa oleh Muhammad”
Al-Walid bertanya,”Apa yang harus aku katakan?
“Demi Allah, tidak ada seorangpun di antara kalian yang lebih faham dariku tentang ilmu syair. Tidak ada yang lebih faham dariku tentang irama sajak juga qasidahnya, Alquran juga bukan sihir. Demi Allah, Alquran sama sekali tidak menyerupai semua itu.
Demi Allah, ucapan yang diucapkannya itu enak didengar dan sangat indah. Sesungguhnya perkataannya itu, bagian atasnya berbuah dan bagian akarnya banyak airny. Alquran itu begitu agung dan tidak ada yang mengunggulinya, serta bisa menghancurkan semua yang berada di bawahnya.”
Namun, Abu Jahal terus mendesak Al-Walid agar keluar dari mulutnya perkataan yang menghina Alquran, ”Kaummu tidak akan senang sampai engkau mengatakan sesuatu tentang Alquran.”
Al Walid menimpali,”Biarkan aku berpikir!” setelah berpikir keras, dia pun berkata: “Ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari dari orang lain,”
Maka turunlah ayat : “Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian. Dan Aku jadikan baginya harta benda yang banyak, dan anak-anak yang selalu bersama dia. (Al Muddatsir /74 : 11-13).
Ayat ini meruntuhkan seluruh sifat keistimewaan yang disandang Al-Walid. Di zaman jahiliah dan Islam dia menyandang gelar “al-Wahid” yang artinya, “seorang diri, tanpa tanding” dan “Raihanah Quraisy” yang artinya, “yang mengharumkan nama bangsa Quraisy.” Itu karena kemurahan, keberanian, kekayaan dan kehormatan Al-Walid yang tidak tersaingi.
Dalam Ayat ini Allah seolah olah berkata, “sekarang, kau bukan lagi “al-Wahid”. Hidup dan matimu ada di tangan-Ku. Jika sebelumnya aku mengaruniamu keturunan yang banyak dan harta yang berlimpah, kini, lebih mudah lagi bagi-Ku menelantarkan dirimu dengan mencabut semua nikmat-nikmat itu. Bukankah engkau tercipta dari ketiadaan? Dengan dasar apa engkau menyombongkan diri?”
Allah telah mengancam Al-Walid dengan azab yang sangat pedih di neraka Saqar yang akan membakar kulit, tulang, daging dan darahnya, tanpa sisa.
Inilah akhir perjalanan seorang yang mengagumi Alquran, tapi karena kesombongan harus berakhir tragis di neraka Saqar.