
Episode: 26
Kabarku.net – Lambat laut dakwah Nabi Muhammad mulai bisa diterima oleh sebagian kecil masyarakat Mekkah. Mayoritas para pengikut Nabi Muhammad saat itu adalah orang orang lemah, para fakir miskin, dan hamba sahaya.
Oleh karenanya orang-orang musyrik Mekkah mencela dan mencemooh Nabi Muhammad dengan mengatakan:
“Orang-orang yang mengikuti Nabi adalah orang-orang miskin dan lemah, sementara orang-orang yang tidak mengikutinya adalah para pembesar dan punya kedudukan mulia. Andaikan agama yang dibawakan itu benar, tentu pembela-pembelanya itu ada dari kelompok orang pandai yang memiliki kedudukan di antara rekan-rekannya.”
Perkataan orang-orang kafir Qurays itu bukan sesuatu yang baru. Dulu, masyarakat Nabi Nuh juga berkata demikian kepada nabi mereka.
Allah berfirman dalam Al-Quran tentang sikap kaumnya Nabi Nuh yang artinya.
“Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya: Kami tidak melihat kamu melainkan (sebagai) manusia biasa seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apa pun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta.” (QS. Hud, 11:27).
Allah juga berfirman tentang masyarakat yang didakwahi oleh Nabi Shaleh yang artinya :
“Pemuka-pemuka yang menyombongkan diri berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah, yaitu orang-orang yang telah beriman di antara kaumnya, Tahukah kamu bahwa Saleh adalah seorang rasul dari Tuhannya? Mereka menjawab, Sesungguhnya kami percaya kepada apa yang disampaikannya.” (QS. Al-A’raf 7: Ayat 75).
Baca juga :
- Belum Terakreditasi, 92 PT di Jateng Terancam Ditutup
- Setahun Tangani Pasien Covid, 723 Perawat Jateng Terpapar, 39 Meninggal
- Ganjar Bolehkan Popda Jateng 2021 Digelar Virtual
- 3,2 Juta Orang Lansia di Jateng Prioritas Vaksinasi Covid
- BNNP Jateng Ringkus Pengedar Tembakau Gorila di Batang
Di antara orang orang lemah yang mengikuti dakwah Nabi Muhammad adalah keluarga Yasir bin Amir.
Yasir bukanlah asli penduduk Mekkah, tapi seorang perantau dari Yaman, yang bekerja kepada salah satu pembesar Bani Makhzum Abu Huzaifah bin Mughirah.
Yasir kemudian dinikahkan oleh Abu Huzaifah dengan salah satu hamba sahayanya yang bernama Sumayyah binti Khayyat.
Dari pernikahan mereka, lahirlah dua orang putra, yakni Ammar dan Ubaidullah.
Saat Ammar tumbuh menjadi seorang remaja, mendengar dakwah Islam yang dibawa oleh Muhammad bin Abdullah yang dikenal oleh masyarakat Mekkah sebagai al- Amin.
Ammar merasa tertarik dengan ajaran yang dibawa oleh Rasulullah itu. Ammar bin Yasir tergugah untuk mendalami Islam, karena melihat agama Islam selaras dengan fitrah kemanusiaan.
Ammar melihat bahwa Islam adalah agama yang menjunjung nilai nilai keadilan. Ammar pun mendapat hidayah dan memutuskan memeluk Islam. Ammar pulang ke rumah sebagai seorang muslim.
Ia menemui kedua orang tuanya dan bercerita tentang pertemuannya dengan Rasulullah shallallahu alaihi wassalam. Serta ingin agar keluarganya juga merasakan nikmat Islam sebagaimana Islam menyapa jiwanya
Kepada kedua orangtuanya, Ammar menuturkan bagaimana Islam yang begitu menyentuh hatinya. Bagaimana Islam yang dibawa oleh Rasulullah laksana lentera yang mencahayai sukma.
Ammar kemudian menawarkan Islam kepada orang tuanya, hingga kedua orang tuanya masuk Islam.
Kabar Yasir bin Amir dan keluarganya masuk Islam, akhirnya terdengar juga oleh para pembesar Bani Makhzum dan kaum kafir Qurays sehingga menyulut kemarahan mereka.
Mereka kemudian menyiksa keluarga Yasir. Para pembesar dan masyarakat Bani Makhzum menggiring keluarga Yasir ke padang pasir Mekkah disaat terik matahari membakar dan menyiksanya di tengah panasnya sengatan matahari.
Mereka tidak menghentikan siksaan itu sebelum mereka murtad atau keluar dari Islam. Berhari-hari keluarga Yasir terus disiksa dengan siksaan yang sangat berat, namun semua itu tidak membuat iman goyah.
Suatu hari, saat mereka sedang disiksa, Rasulullah shallallahu allaihi wasallam lewat, beliau bersabda :
“BERSABARLAH WAHAI KELUARGA YASIR, TEMPAT KALIAN ADALAH DI SYURGA.”
Janji dari Rasulullah itulah yang membuat keluaga Yasir sabar dan tegar menghadapi siksaan demi siksaan yang menimpanya.
Abu Jahal salah satu pembesar Bani Makhzum begitu gusar dengan keteguhan yang dimiliki oleh keluarga Yasir, bahkan sedikitpun tidak gentar, saat diancam dengan kematian.
Sumayyah justru berkata,
“Mampuslah engkau wahai musuh Allah, karena Rasulullah telah menjanjikan kami dengan surga, aku lebih memilih mati daripada daripada aku harus meninggalkan agama ini…”
Makin memuncaklah kemarahan Abu Jahal mendengar perkataan Sumayyah.
Orang yang bengis dan kejam itu meraih tombak yang dibawa budaknya, dan menghunjamkannya ke tubuh Sumayyah, hingga tembus dari selangkangannya sampai punggungnya.
Senyum mengembang mengiringi kepergian Sumayyah menuju RabbNya. Senyum Sumayyah itu membuat kemarahan Abu Jahal pada puncaknya.
Sambil meludahi jasad Sumayyah Abu Jahal berteriak: “Perempuan ini benar benar gila,sudah mampus ia masih bisa tersenyum.”
Sumayyah menjadi perempuan pertama yang syahid di jalan Islam.Syahid untuk mempertahankan keyakinannya yang kokoh kepada Allah dan RasulNya yang tidak bisa dibeli dan diganti dengan seisi dunia sekalipun.
Sementara Yasir bin Amir, kedua tangannya diikatkan ke dua ekor kuda, demikian pula kakinya diikatkan ke dua ekor kuda yang berlainan. Kemudian Yasir dipaksa oleh Abu Jahal untuk kembali kepada agama jahiliahnya, atau diancam akan dibunuh dengan cara yang sangat mengerikan.
Yasir hanya mengucapkan berkata: “Ahad, Ahad”, bahkan kemudian mencaci-maki Abu Jahal. Maka empat ekor kuda, dipacu dengan keras dan berlari ke arah yang berlawanan. Tubuh Yasir terpotong tidak karuan sehingga ia menjadi Syahid.
Namun, demikian tampak senyum merekah di bibirnya yang telah kaku. Karena di depan matanya Allah tampakkan Syurga untuknya.
Saudaraku,
Inilah jalannya orang orang beriman.
Jalan yang dipenuhi oleh onak dan duri.
Jalan yang dipenuhi darah dan air mata.
Bersabarlah wahai saudaraku sebagaimana kesabaran yang dimiliki keluarga Yasir.
Semoga Allah merahmati mu wahai keluarga Yasir.