Semarang, Kabarku.net – Persoalan banjir dan rob di Kota Semarang terutama di kawasan pesisir dinilai kian berkurang. Penanganan banjir dan rob di kota ini secara umum sudah berhasil
Kepala Bidang Sumber Daya Air dan Drainase, Dinas Pekerjaan Umum Kota Semarang, Arif Dwi Harjono menyatakan, banyak variabel harus dilihat untuk menilai penanganan banjir dan rob bisa berjalan baik.
“Secara umum pada wilayah yang sudah memiliki sistem drainase bisa kami nilai berhasil. Untuk daerah-daerah tertentu, memang harus diupayakan lagi,” katanya di Semarang, Kamis (4/2).
Kalau secara spesifik, lanjut Arif penanganan banjir dan rob di daerah pesisir atau wilayah Semarang bagian utara seperti Tanah Mas sudah mencapai 80%, sehingga daerah tersebut tidak kebanjiran lagi.
Selebihnya dibutuhkan peran serta dari masyarakat untuk mendukung program yang sudah dijalankan pemerintah kota tersebut dengan tidak membuan sampah ke aliran sungai.
Baca juga :
- Sebelum Belajar Tatap Muka, Ganjar Usulkan Siswa Divaksin Covid
- Ganjar Lantik 17 Bupati/Wali Kota Secara Langsung dan Daring
- Kota Salatiga Raih Predikat Kota Paling Toleran Se-Indonesia
- Agung BM : Wali Kota Semarang Agar Prioritas Tangani Banjir
- Berkah Bulan Februari Guru SD Muhammadiyah 1 Solo Novi
“Masih banyak masyarakat membuang sampah di aliran sungai, sehingga berpengaruh terhadap operasional pompa yang ada karena saluran tertutup sampah. Maka kami mengajak warga untuk turut serta menjaga lingkungan, tidak membuang sampah ke alian sungai,” ujar Arif.
Sementara, Tenaga Pengajar Sumber Daya Air dan Bencana Fakultas Teknik Undip Semarang, Dr. Suseno Darsono Ph.D menyatakan sistem drainase di wilayah Semarang Tengah diuntungkan dengan keberadaan pompa berkapasitas 35 meter kubik per detik.
Pompa tersebut harus dijaga, sebab jika didapati persoalan, maka berpengaruh terhadap sistem pengendaliannya yang mengakibatkan banjir.
“Saluran atau sistem drainase utama saya melihat sudah optimal, baik. Artinya persoalan banjir bisa dikendalikan. Selanjutnya tinggal sistem drainase yang masuk kategori tersier,” jelas Suseno.
Suseno menambahkan Kota Semarang sudah maju dalam penanganan banjir dengan membangun kolam retensi yang berfungsi untuk menahan air sementara, sebelum dibuang ke laut.
“Tinggal diperlukan desain sedemikian rupa supaya menarik untuk dihuni masyarakat,” ungkapnya.
Kepala Seksi Pengendalian Tata Ruang Dinas Penataan Ruang Kota Semarang, Transiska Luis Marina menjelaskan, pembangunan sejumlah embung dan kolam retensi cukup signifikan mengurangi persoalan banjir di Kota Semarang.
“Dari sisi penataan ruang, kami berupaya bagaimana perencanaan kota terkait penempatan embung dalam pengembangan kawasan di Semarang. Kami selalu melakukan identifikasi, disertai dengan kajian teknis, baik dari sisi tata kota maupun pekerjaan,” ujarnya.