
Episode: 27
Kabarku.net – Setelah syahidnya pasangan suami istri, Sumayyah binti Khayyat dan Yasir bin Amir.
Abu Jahal dan masyarakat Bani Makhzum, belum puas untuk melampiaskan kekejian mereka.
Kali ini mengalihkan makarnya kepada putra dari Sumayyah dan Yasir yakni Ammar bin Yasir.
Abu Jahal memaksa agar Ammar kembali kepada agama jahiliyah dan meninggalkan agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasalllam.
Kalau Ammar tidak mengikuti keinginan orang-orang musyrik itu, maka akan mendapatkan siksaan yang berat sebagaimana dialami kedua orang tuanya.
Ternyata Ammar memilih jalan yang ditempuh oleh kedua orang tuanya, yaitu jalannya orang-orang beriman.
Maka Abu Jahal dan orang orang jahat dari kalangan Bani Makhzum menyiksa dengan cara membakar Ammar bin Yasir dengan api.
Saat itu Rasulullah lewat di tempat di mana Ammar disiksa.
Rasulullah kemudian memegang kepala Ammar dengan tangan beliau, sambil berdoa: “Hai api, jadilah kamu sejuk dingin di tubuh Ammar, sebagaimana dahulu kamu juga sejuk dingin di tubuh Ibrahim!”
Baca juga :
- Belum Terakreditasi, 92 PT di Jateng Terancam Ditutup
- Setahun Tangani Pasien Covid, 723 Perawat Jateng Terpapar, 39 Meninggal
- Ganjar Bolehkan Popda Jateng 2021 Digelar Virtual
- 3,2 Juta Orang Lansia di Jateng Prioritas Vaksinasi Covid
- BNNP Jateng Ringkus Pengedar Tembakau Gorila di Batang
Semua siksaan orang orang kafir itu tidak mampu menggoyahkan jiwa Ammar dan meruntuhkan keimanannya.
Ammar baru merasa dirinya benar-benar celaka, ketika pada suatu hari orang-orang durhaka itu mengerahkan segala daya dalam menumpahkan kezaliman dan kekejiannya.
Berbagai macam siksaan mengerikan telah mendarat di tubuh Ammar bin Yasir, seperti ditusuk dengan besi panas, disalib di tengah Padang pasir yang panas. Ditindih batu di bawah terik matahari, bahkan sampai ditenggelamkan ke dalam air hingga sesak nafasnya, dan mengelupas kulitnya.
Pada hari itu, saat Ammar tak sadarkan diri, karena siksaan yang demikian berat, orang-orang itu berkata kepadanya: “Pujalah olehmu tuhan-tuhan kami!”
Orang-orang musyrik itu kembali mengintimidasi Ammar. “Kami ingin engkau juga mencaci maki Muhammad!”
Ammar pun mengikuti perintah mereka tanpa menyadari apa yang keluar dari bibirnya. Ketika mulai siuman, tiba-tiba sadar akan apa yang telah diucapkannya, maka hilanglah akalnya dan terbayanglah di matanya betapa besar kesalahan telah dilakukannya.
Suatu dosa besar yang tak dapat ditebus dan diampuni lagi. Ammar pun menangis dengan tangisan yang sangat menyayat hati, benar benar menyesal dengan apa yang sudah dilakukan.
Dengan perasaan sedih sambil berurai air mata Ammar menemui Rasulullah, maka disapunyalah tangis Ammar dengan tangan beliau yang mulia seraya berkata: “Orang-orang kafir itu telah menyiksamu dan menenggelamkanmu ke dalam air sampai kamu mengucapkan kalimat kekufuran?”
“Benar, wahai RasuIullah,” ujar Ammar.
“Wahai Rasulullah, saya terus-menerus disiksa hingga saya terpaksa mencacimu dan menyebutkan tuhan-tuhan mereka dengan sebutan yang baik.” Imbuh Ammar.
Nabi Muhammad bertanya, “Bagaimanakah dengan hatimu?”
Ammar menjawab bahwa hatinya tetap tenang dalam beriman. Maka Nabi Muhammad bersabda:
“Jika mereka orang-orang musyrik itu kembali menyiksamu,ucapkanlah seperti apa yang kamu katakan tadi!”
Rasulullah kemudian membacakan ayat yang artinya:
“Barang siapa kafir kepada Allah setelah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan mereka akan mendapat azab yang besar.” (QS. An-Nahl 16: Ayat 106)
Oleh karenanya, para ulama sepakat bahwa orang yang dipaksa untuk melakukan kekufuran diperbolehkan berpura-pura menuruti kemauan si pemaksa demi menjaga keselamatan jiwanya. Ia diperbolehkan pula tetap menolak, seperti apa yang pernah dilakukan oleh sahabat Bilal.
Bilal menolak keinginan mereka yang memaksanya untuk kafir. Karena itulah mereka menyiksanya dengan berbagai macam siksaan, sehingga mereka meletakkan batu besar di atas dadanya di hari yang sangat panas.
Mereka memerintahkan Bilal untuk musyrik (mempersekutukan Allah), tetapi Bilal menolak seraya mengucapkan, “Ahad ,Ahad”.
Bilal mengatakan, “Demi Allah, seandainya saya mengetahui ada kalimat yang lebih membuat kalian marah, tentulah aku akan mengatakannya”
Semoga Allah meridhoi dan merahmati Ammar bin Yasir.
Pemuda yang dirindukan oleh Syurga.