
Episode: 28
Kabarku.net – Abu Jahal nama aslinya adalah Amr bin Hisyam bin Mughirah. Seorang pembesar dari Bani Makhzum. Termasuk pemuka suku Quraisy dari kabilah Kinanah.
Dahulu masyarakat Mekkah memberikan gelar kepada Amr bin Hisyam dengan sebutan Abul Hakam yang artinya bapak kebijaksanaan, karena kecerdasan dan kekuatan hikmah yang melekat pada dirinya.
Abul Hakam menjadi tempat bertanya bagi mereka yang ingin mendapatkan nasehat, pencerahan dan jalan keluar dari beragam masalah yang dihadapi masyarakatnya.
Abu Jahal merupakan sepupu dari Khalid bin Walid ( panglima perang yang tidak terkalahkan) yang memiliki atribut lengkap sebagai seorang pemimpin.
Maka tidak mengherankan bila kaumnya memberikan sebuah gelar prestisius Abul Hakam.
Amr bin Hisyam termasuk salah satu tokoh yang diberikan tempat duduk khusus di Darun Nadwah saat usianya masih 25 tahun.
Darun Nadwah adalah majelis orang Quraisy yang hanya boleh dihadiri oleh para pembesar Quraisy yang usianya di atas 40 tahun. Namun, bagi anak muda seperti Abu Jahal adalah sebuah pengecualian dikarenakan kecerdasan dan hikmah yang dimilikinya.
Namun sayang, kecerdasannya tidak pernah mengantarkan Amr bin Hisyam kepada hidayah Allah.
Baca Juga :
- Ganjar Berhasil Nyalakan Api Abadi Mrapen yang Padam Sejak 2020
- PKS Jateng Santuni Anak Yatim
- Ganjar Akan Hidupkan Api Abadi Mrapen yang Padam Selama 6 Bulan
- Evalusi Uji Coba PTM di Jateng, Ganjar Menyatakan Bagus
- KSR PMI Unit Unisri Akan Gelar Webinar Kesehatan Mental
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan gelar Abu Jahal kepada Amr bin Hisyam yang artinya bapaknya kebodohan.
Karena tahu dan faham tentang kebenaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah, tapi kesombongan dan fanatisme jahiliyah menjadi noda hitam yang menghalangi Amr bin Hisyam atau Abu Jahal untuk mendapatkan hidayah Islam.
Abu Jahal pernah ditanya keponakannya, Miswar bin Makhramah mengenai sosok Rasulullah. Abu Jahal mengatakan: “Muhammad adalah orang yang sangat jujur, tidak pernah sekalipun berdusta.”
Sehingga masyarakat Arab memberikan julukan Al Amin kepada Rasulullah yang artinya orang yang sangat amanah.
Miswar bertanya lagi mengapa pamannya itu tidak mau beriman dan mengikuti ajaran Rasulullah padahal mengakui bahwa Rasulullah adalah orang yang jujur?.
Abu Jahal berkata: “Wahai anak saudariku, kami dari Bani Makhzum dan Bani Hasyim (kabilah Rasulullah ) saling memperebutkan kehormatan. Mereka memberi makan para jamaah haji kami pun memberi makan. Mereka memberikan minum, kami pun memberikan minum.”
Sehingga lanjutnya, “Ketika kami duduk di atas kendaraan karena permusuhan kami kepada mereka, kami seperti dua ekor kuda taruhan, maka mereka Bani Hasyim berkata kepada kami: Di antara kami ada seorang nabi.” Maka saat itulah kami sudah merasa kalah dengan karena tak mungkin dari kalangan kami mengaku ngaku sebagai seorang nabi.”
Itulah alasan mengapa Abu Jahal menjadi musuh nomor satu bagi Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam yaitu Kesombongan dan fanatisme jahiliyah.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman yang artinya :
“Begitulah, bagi setiap nabi, telah Kami adakan musuh dari orang-orang yang berdosa. Tetapi cukuplah Tuhanmu menjadi pemberi petunjuk dan penolong.” (QS. Al-Furqan 25: Ayat 31)
Begitulah Abu Jahal, setiap detik dan helaan nafasnya selalu memikirkan bagaimana caranya menyakiti Rasulullah dan punya rencana jahat untuk memadamkan dakwah Nabi.
Suatu hari Abu Jahal pernah berkata, “Sesungguhnya jika aku melihat Muhammad sedang salat di dekat Ka’bah, aku benar-benar akan menginjak lehernya.”
Maka ancaman itu sampai kepada Rasulullah, lalu beliau bersabda: “Sesungguhnya jika dia melakukan niatnya, benar-benar malaikat akan mengambilnya (menghukumnya).
Abdullah Bin Abbas berkata:
“Dahulu Rasulullah sering melakukan salat di dekat maqam Ibrahim. Maka lewatlah kepadanya Abu Jahal ibnu Hisyam, lalu berkata, “Hai Muhammad, dengan apakah engkau mengancamku? Ketahuilah, demi Allah, sesungguhnya aku adalah penduduk lembah ini yang paling banyak pendukungnya.”
Maka Allah menurunkan firman-Nya: “Maka biarlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya), kelak Kami akan memanggil Malaikat Zabaniyah. (Al-‘Alaq: 17-18)
Abdullah bin Abbas mengatakan bahwa seandainya Abu Jahal memanggil golongannya (para pendukungnya), niscaya saat itu juga malaikat azab akan mengambilnya.
Abu Hurairah sahabat Nabi berkata: bahwa Abu Jahal pernah berkata, “Maukah kalian melihat wajah Muhammad ditaburi dengan debu di hadapan kalian? ” Mereka menjawab, “Ya.”
Abu Hurairah melanjutkan kisahnya:
Lalu Abu Jahal mengatakan:”Demi Lata dan ‘Uzza, sesungguhnya jika aku melihat Muhammad sedang salat seperti ini (sujud), aku benar-benar akan menginjak lehernya dan benar-benar akan menaburkan debu ke mukanya.”
Maka datanglah Abu Jahal kepada Rasulullah, yang sedang mengerjakan salat dengan maksud akan menginjak lehernya. Abu Hurairah melanjutkan kisahnya, bahwa maka tiada yang mengejutkan mereka yang menyaksikan Abu Jahal melainkan karena mereka melihat Abu Jahal surut mundur ke belakang dan melindungi wajahnya dengan kedua tangannya.
Ketika ditanyakan kepadanya, “Mengapa engkau?”
Abu Jahal menjawab, “Sesungguhnya antara aku dan dia terdapat parit api dan pemandangan yang sangat menakutkan serta banyak sayap.”
Abu Hurairah melanjutkan kisahnya:bahwa
Rasulullah bersabda: “Seandainya dia mendekat kepadaku, niscaya malaikat akan mencabik-cabik tubuhnya satu demi satu.”
Di tahun 2 Hijriyah saat terjadinya perang Badr, Abu Jahal menemui ajalnya. Kepalanya dipenggal oleh Abdullah Bin Mas’ud kemudian dibawa di hadapan Nabi.
Saat Nabi melihat kepala Abu Jahal, berkata:”Ini adalah Fir’aunnya umat ini.”
Saudaraku, ternyata Fir’aun akan selalu hadir di setiap jaman.
Di jaman Nabi Muhammad, Fir’aunnya adalah Abu Jahal.
Orang yang sangat cerdas, punya kedudukan dan nasab mulia, namun karena sifat hasad dan kesombongannya mengantarkan Abu Jahal ke dalam jurang kesesatan.
Oleh karena itu betapa bahayanya orang yang punya ilmu tapi tidak punya iman.
Karena dengan ilmu yang dimiliki, namun tidak ada iman di dalamnya seseorang akan membuat kerusakan dengan ilmunya, sebagaimana kerusakan yang dilakukan oleh Abu Jahal.