
Episode: 24
Kabarku.net – Surah Al-masad atau Al-Lahab tidak hanya berbicara tentang Abu Lahab saja. Tapi Allah juga menghadirkan potret seorang Ummu Jamil yang merupakan istri dari Abu Lahab.
Abu lahab dan Umum Jamil adalah sepasang suami istri yang di jaman jahiliyah jadi idola dan idaman masyarakatnya.
Abu Lahab adalah sosok suami yang tampan, sedangkan Ummu Jamil adalah seorang istri yang sangat cantik.
Keduanya sama-sama punya nasab yang mulia. Sama-sama punya kedudukan sebagai bangsawan Arab, kaya raya.
Namun, sayang apa yang mereka miliki itu tidak pernah mengantarkan mereka kepada sebuah kebaikan.
Mereka adalah sepasang suami istri yang hari-harinya disibukkan dengan siasat dan strategi bagaimana caranya menyakiti Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam.
Mereka adalah suami istri yang sepakat dalam dosa.
Mereka rela berlelah- lelah dalam usaha memadamkan dakwah Nabi Muhammad.
Baca juga :
- LBH Rupadi Tambah 31 Kader Paralegal Muda Non Litigasi
- Ormas Tionghoa di Indonesia Bantu 1 Juta Ton Beras dan 20 Juta Masker
- Arab Saudi Wajibkan Jamaah Haji 2021 Vaksin Covid-19
- Saat Ganjar dan Risma Nikmati Pijatan Terapis Disabilitas
- Demokrat Jateng Tak Akui Hasil KLB yang Tetapkan Moeldoko Ketua Umum
Ketika turun firman Allah:
“Binasalah kedua tangan Abu Lahab”.
(Al-Lahab: 1)
Maka datanglah Ummu Jamil binti Harb seraya menyumpah-nyumpah, sedangkan tangannya memegang batu.
“Dia telah mencela agama nenek moyang kami, agamanya kutolak dan perintahnya tidak akan aku dengar.”
Saat itu Rasulullah sedang duduk di masjidil Haram ditemani oleh Abu Bakar. Ketika Abu Bakar melihat Ummu Jamil, ia berkata kepada Rasulullah,
“Wahai Rasulullah, Ummu Jamil datang, dan aku mengkhawatirkan keselamatanmu bila dia melihatmu.”
Maka Rasulullah berkata kepada Abu bakar: “Dia tidak akan dapat melihatku”
Dan Nabi. membaca suatu ayat Al-Quran sebagai perlindungan buat dirinya, sebagaimana yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Dan apabila kamu membaca Al-Quran, niscaya Kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu dinding yang tertutup. (Al-Isra: 45)
Maka Ummu Jamil datang dan berdiri di hadapan Abu Bakar tanpa melihat Rasulullah , lalu berkata,
“Hai Abu Bakar, sesungguhnya aku mendapat berita bahwa temanmu mengejeku.”
Abu Bakar menjawab, “Tidak, demi Tuhan Penguasa Ka’bah ini, dia tidak mengejekmu.”
Maka Ummu Jamil pergi dengan congkak seraya mengatakan, “Orang-orang Quraisy telah mengetahui bahwa sesungguhnya aku adalah anak perempuan pemimpin mereka.”
Ummu Jamil punya sebuah kalung yang sangat besar dan mahal.
suatu hari Ummu Jamil berkata:
“Sesungguhnya aku akan membelanjakan kalung ini (menjualnya) untuk biaya memusuhi Muhammad.”
Maka Allah kelak akan menghukumnya dengan tali dari api neraka yang dikalungkan di lehernya di akhirat.
Si pembawa kayu bakar bisa juga dimaknai sebagai orang yang punya kebiasaan menebarkan fitnah dan mengadu domba (namimah).
Karena Ummu Jamil adalah orang yang suka membawa berita untuk merusak hubungan sesama manusia, dan disebutkan di sini “kayu bakar”, karena menebarkan permusuhan dan kebencian di antara manusia, sebagaimana kayu bakar menebarkan api.
Adapun mengadu domba adalah gangguan yang ditujukan kepada kaum muslimin untuk merusak hubungan sesama mereka,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:
“Tidak masuk Surga orang yang suka mengadu domba.” (Muttafaq ‘alaihi).
Upaya Ummu Jamil untuk memadamkan dakwah Nabi Muhammad sia-sia. Kejahatan dan keculasan selama bertahun tahun yang dilakukan kepada Nabi hanya melahirkan kecelakaan bagi dirinya.
Suatu hari saat Ummu Jamil, sedang memikul kayu berduri yang biasa ia gunakan untuk mencelakai Rasulullah, tiba-tiba kain yang dipakai untuk menggendong kayu itu menjerat lehernya, hingga menemui ajalnya.
Sebuah kematian yang hina dan mengenaskan bagi wanita yang memusuhi dan menyakiti Nabi Muhammad.
Potret keluarga Abu Lahab dan Ummu Jamil menjadi sebuah pelajaran mahal bagi keluarga muslim agar kita tidak mengikuti jejak mereka.
Keluarga yang bersepakat masuk neraka, suami istri yang bersepakat dalam permusuhan dan dosa.
Kita diperintahkan oleh Allah untuk tolong-menolong dalam kebaikan, bukan dalam keburukan dan dosa.