Semarang, Kabarku.net – Sejumlah eks narapidana teroris (napiter) yang telah bertobat, bersama warga Sumur Adem IV Kelurahan Bangetayu Kulon Kecamatan Genuk, Kota Semarang melakukan budidaya lele.
Budidaya lele itu digagas eks napiter, Sri Pujimulyo Siswanto yang pernah divonis 12 tahun penjara, karena menyembunyikan pelaku Bom Bali, Noordin M. Top dan Dr. Azhari.
Sri Pujimulya bersama teman-teman eks napiter lainnya yang tergabung dalam Yayasan Persadani, melakukan budidaya lele supaya bisa diterima kembali oleh masyarakat.
Usaha budiya eks napiter bersama warga tersebut menarik perhatian Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo sehingga saat gowes, menyambangi tempat itu, Minggu (20/12).
Ganjar pun melihat-lihat tempat budidaya lele tersebut sambil berbican-bincang dengan Sri Pujimulyo dan eks napiter lainnya.
Baca juga :
- Arab Saudi Wajibkan Jamaah Haji 2021 Vaksin Covid-19
- Saat Ganjar dan Risma Nikmati Pijatan Terapis Disabilitas
- Demokrat Jateng Tak Akui Hasil KLB yang Tetapkan Moeldoko Ketua Umum
- Tim MRI-ACT Beri Pelayanan Kesehatan Warga Korban Banjir Semarang
- Keteguhan Iman Bilal Bin Rabbah
“Ini contoh yang bagus, eks napiter ini bisa kembali diterima masyarakat. Pak RT mendukung, pengusaha, dan masyarakat mendukung. Saling bantu bahkan bisnis bareng. Narasi-narasi positif inilah yang harus kita gaungkan,” ujarnya.
Menurut Ganjar, ada dua persoalan eks napiter untuk bisa kembali pada masyarakat setelah bertobat. Pertama adalah tingkat penerimaan masyarakat dan kedua sektor ekonomi.
“Saya senang di sini ternya semua masyarakat membantu, ada BNPT juga membantu, Pemda juga karena ini anak-anak saya,” katanya.
Ganjar berharap eks napiter bisa mengedukasi masyarakat agar tidak terjerumus menjadi teroris yang merugikan banyak pihak.
“Masyarakat agar diedukasi tak boleh ngebom, membunuh orang nggak boleh apalagi fitnah. Saya pasti akan memberikan dukungan pada program-program ini,” tandasnya.
Sementara Sri Pujimulyo menjelaskan, kegiatan budidaya lele dimulai sejak 2019 dengan meminjam lahan milik warga yang tidak terpakai.
Sejak saat itu, kolam lele dengan kapasitas 7.500 ekor itu sudah panen satu kali. Hasil panen lele tidak djual, tapi dibagikan pada masyarakat setempat.
“Untuk panen lele kedua rencananya akan dijual dengan membuka kuliner Lele Sawah dengan membangun saung di sekitar lahan,” ujar dia.
Melalui kegiatan budidaya lele ini, lanjut Sri, tidak hanya untuk mencukupi ekonomi keluarga, tapi juga sebagai metode mendekatkan diri kepada masyarakat.
“Dengan budidaya lele ini pergaulan dan interaksinya dengan masyarakat semakin cair, bisa menerima dan memahami,” tandas dia.
Menurut Ketua Yayasan Persadani, Mahmudi alias Yusuf anggotanya saat ini berjumlah 25 orang eks napiter yang sudah bertobat.
Dia berharap masyarakat mau menerima dan mendukung untuk menjalani hari-hari mendatang agar lebih baik lagi bagi eks napiter.
“Kami juga berharap bantuan serta dukungan pemerintah terhadap program-program yang kami jalankan,” harap Mahmudi.
Sementara, Ketua RT 3/11 Bangetayu Kulon, Hendi Kartika menyatakan, dukungan pada eks napiter memang perlu dilakukan supaya bisa nyaman dan tidak kembali ke jalan yang salah menjadi teroris.
Menurut dia, memang banyak kendala, tapi pelan-pelan berusaha meyakinkan warga bahwa mereka sudah bertobat.
“Melalui budidaya lele ini, dapatsemakin menyatukan warga sehingga sudah tidak ada lagi stigma negatif bahwa itu mantan teroris, orang jahat dan lainnya,” ujar Hendi.