Semarang, Kabarku.net – Pakar Lingkungan Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Prof Dr Ir Syafrudin CES MT, mengingatkan pentingnya memakai pendekatan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) untuk menjaga ketersediaan air tawar sebagai strategi untuk mempertahankan ketersediaan air bersih di humi.
“Pendekatan Iptek mendesak untuk dilakukan karena pemanfaatan air tawar sudah berlebihan,” kata pada Forum Studium General Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Undip yang digelar secara virtual, Senin (28/9).
Dalam presentasi berjudul “Daya Dukung dan daya Tampung Sebagai Pengendali Pengelolaan Lingkungan”, Prof. Syafrudin menjelaskan ketersediaan air di bumi hanya 2,5% yang berupa air tawar.
Dari jumlah itu, tak lebih dari 1% yang bisa dimanfaatkan dengan biaya rendah. Selebihnya pemanfaatannya membutuhkan biaya tinggi.
Sedangkan air tawar yang bisa dimanfaatkan dengan biaya rendah berupa air di danau, sungai, waduk dan sumber air tanah dangkal.
Baca juga :
- Arab Saudi Wajibkan Jamaah Haji 2021 Vaksin Covid-19
- Saat Ganjar dan Risma Nikmati Pijatan Terapis Disabilitas
- Demokrat Jateng Tak Akui Hasil KLB yang Tetapkan Moeldoko Ketua Umum
- Tim MRI-ACT Beri Pelayanan Kesehatan Warga Korban Banjir Semarang
- Keteguhan Iman Bilal Bin Rabbah
“Diperlukan upaya bersama untuk mempertahankan keberadaannya untuk kelangsungan kehidupan peradaban yang sekarang dan yang akan datang. Untuk itu diperlukan pengelolaan sumber daya air yang baik berbasis Iptek,” ujarnya.
Pemanfaatan Iptek, lanjut Prof. Syafrudin yang juga Wakil Direktur Kerjasama Riset dan Industri Undip tidak bisa dihindarkan lagi kalau ingin ketersediaan air bersih yang memenuhi baku mutu berkelanjutan.
Iptek harus menjadi dasar pengelolaan, mulai dari pengaturan sumber daya air mulai dari perencanaannya, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, sampai pengendalian daya rusak air.
Menurutnya, kondisi sekarang sudah timbul persoalan dalam konteks air bersih mengingat daya dukung dan daya tampung lingkungan makin menurun, sedangkan penggunaan air untuk kebutuhan sehari-hari manusia sudah berlebihan.
“Daya dukung lingkungan bisa dilihat dari pencemaran air mulai dari hulu sampai hilir, padahal seharusnya kondisinya jernih dan layak untuk dikonsumsi,” jelasnya.
Jumlah penduduk yang semakin meningkat, terjadi ekspolitasi lahan secara masif tanpa memperhatikan daya tampung sehingga semua dijadikan pemukiman, semua dipakai kegiatan publik, mengakibatkan Daerah Aliran Sungai (DAS) menjadi kritis.
Akibatnya air tidak lagi masuk dalam struktur tanah, saat kemarau terjadi kekeringan sedangkan saat penghujan terjadi banjir. Akibat lainnya terjadi pencemaran lingkungan serta penumpukan sampah.
“Dikhawatirkan, selain danau, fungsi sungai juga terus terdegradasi. Karena itu, disarankan agar penggunaan air di sekitar DAS dibatasi. Dalam konteks inilah, Iptek diperlukan untuk membantu menanganai masalah-masalah berkait dengan ketersediaan serta kelestarian air tawar untuk umat manusia,” ujar Prof. Syafrudin.