Solo, Kabarku.net – Memahami radikalisme dan intoleransi penting bagi generasi muda, kaum milenial, termasuk mahasiswa untuk menghindari perpecahan bangsa dan negara.
Menurut Kaur Bin Ops Intelkam Polresta Surakarta, Iptu Mochtar Fawait, radikalisme bisa berawal dari fanatisme beragama, ras, suku, dan antar golongan (Sara) yang berlebihan.
Untuk itu mahasiswa agar bergaul dengan banyak orang memperluas wawasan, sehingga tidak berfikir sempit dan tidak mudah marah.
“Sehingga tidak mudah terjadi tindak kekerasan akibat paham sesat radikalisme dan intoleransi,” katanya dalam seminar bertema “Radikalisme dan Intoleransi di Mata Mahasiswa” di kampus Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Solo.
Sementara, Wakil Raktor Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerja Sama Unisri Solo, Dr. Sutoyo mengatakan, pembinaan mental kebangsaan bagi para mahasiswa sangat dibutuhkan, karena pola pikirnya terus berkembang.
Baca juga :
- Sebelum Belajar Tatap Muka, Ganjar Usulkan Siswa Divaksin Covid
- Ganjar Lantik 17 Bupati/Wali Kota Secara Langsung dan Daring
- Kota Salatiga Raih Predikat Kota Paling Toleran Se-Indonesia
- Agung BM : Wali Kota Semarang Agar Prioritas Tangani Banjir
- Berkah Bulan Februari Guru SD Muhammadiyah 1 Solo Novi
Para mahasiswa senantiasa berpikir kritis dalam melihat realitas kehidupan yang terjadi di masyarakat dalam berbangsa dan bernegara.
“Guna membentengi mahasiswa dari faham radikalisme dan intoleransi, Unisri membentengi mereka dengan pembinaan mental kebangsaan,” ujar Sutoyo.
Dia menyebutkan ada lima hal yang ditekankan dalam pembinaan mental kebangsaan bagi para mahasiswa Unisri, yakni pendidikan wawasan kebangsaan dan nasionalisme, sikap anti korupsi, anti narkoba.
“Pendidikan anti radikalisme, intoleransi, dan terorisme, serta pendidikan nilai-nilai pahlawan nasional Slamet Riyadi,” jelas Sutoyo.