Semarang Kabarku.net – Direktur Lalu Lintas (Dirlantas) Polda Jateng Kombes Pol. Arman Achdiat menggagas program “Ngepit Tanpo Ngovid” yakin bersepeda sehat, riang dan aman sembari bersiasat menghidari transfer virus Covid-19.
Guna mendukung program tersebut nantinya akan dipasang di ruang publik puluhan jargon lokal menggelitik seperti Nyedak Dupak, Mepet Kepret, Ndudul Gajul, Nengah Gusah, Mblandang Dugang, dan aneka kata-kata lucu lainnya untuk mengingatkan pentingnya menjaga jarak.
Dalam cetak biru program Ngepit Tanpo Ngovit tersebut akan menjadikan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menjadi ikon.
Alasan menjadi Ganjar sebagai ikon, karena dikenal luas hobi bersepeda dan memiliki stamina tangguh. Selain itu, dalam aktivitas tatap muka dengan masyarakat selama pandemic Covid-19 selalu naik sepeda.
Di samping itu, Ganjar adalah sosok familier, terbiasa bertutur kata dengan bahasa lokal yang mudah dimengerti lawan bicara mewujudkan dialog produktif dan berhasil guna.
Baca juga :
- Sebelum Belajar Tatap Muka, Ganjar Usulkan Siswa Divaksin Covid
- Ganjar Lantik 17 Bupati/Wali Kota Secara Langsung dan Daring
- Kota Salatiga Raih Predikat Kota Paling Toleran Se-Indonesia
- Agung BM : Wali Kota Semarang Agar Prioritas Tangani Banjir
- Berkah Bulan Februari Guru SD Muhammadiyah 1 Solo Novi
“Pak Ganjar Pranowo memiliki jejaring luas sehingga memudahkan transfer pesan protokol adaptasi kebiasaan baru dan keselamatan berlalulintas ke publik lewat propaganda Ngepit Tanpo Ngovid,” kata Arman Achdiat, di Semarang, Minggu (9/8),
Lebih lanjut, Arman Achdiat mengemukakan dibutuhkan waktu dua bulan meriset jargon lokal yang membudaya dan mewarnai tutur kata keseharian masyarakat tanpa bermaksud menghina, marah atau mengintimidasi satu dengan lainnya.
Seperti misalnya, Nyerak Keplak, Nubruk Kepruk, Nyenggol Borgol, Nyetut Sikut, Mbeling Tempiling, Mlirik Gitik, Mlerok Bonyok, Ndugal Balang Sandal, Nyodok Gontok, Mbanggel Pendel, Ndempel Kenthel, Ngrunjak Tatak, Nekat Sikat, Mlengos Jotos, Mbethu Balang Alu, Ngantuk Tapuk.
Puluhan ungkapan lucu yang familier di telinga diolah menjadi jargon unik tapi mengena dihati. Serangkaian jargon ini akan memenuhi ruang publik serupa daya dorong untuk menjaga jarak mengikuti protokol adaptasi kebiasaan baru.
Sebagaimana arahan Presiden RI Joko Widodo, fenomena Covid-19 seharusnya disikapi sebagai bagian kehidupan, bukan merupakan sebuah bencana menimbang hingga detik ini belum ada penawarnya.
“ Ngepit Tanpo Ngovid adalah salah satu cara meraih kesehatan, keceriaan sekaligus keselamatan menyongsong adaptasi kebiasaan baru dan secara bertahap memutus perangkap pandemi Covid-19,” ujar Arman Achdiat.
Program “Ngepit Tanpo Ngovid” rencananya akan diluncurkan dalam waktu dekat memperingati HUT Ke-75 Kemerdekaan Republik Indonesi, tetapi urung dilaksanakan seiring rotasi jabatan dirinya ke Jakarta per Selasa, 11 Agustus 2020.
Meski begitu, Arman berharap cetak biru kampanye bersepeda sehat, riang dan aman bisa terwujud dilain kesempatan.
“Kami memilih Gubernur Jateng sebagai ikon, karena di tangan Pak Ganjar sepeda tak ubahnya media penyambung pesan tiap kali berkesempatan menyapa warga. Karenanya, tidak salah menjadikannya ikon Ngepit Tanpo Ngovid, sebuah kampanye bersepeda secara sehat, riang dan aman. Bukan mau memuji. Kenyataannya memang begitu,” tegas perwira polisi lulusan Akpol 1992 seraya mengacungkan dua jempol tangannya.
Esensi program Ngepit Tanpo Ngovid kelak menjadi kebiasaan yang mendongkrak disiplin komunitas penggemar sepeda baik dari sisi keamanan dan ketertiban berlalulintas serta mematuhi protokol kesehatan.
Dengan begitu, sambung Kombes. Pol. Arman Achdiat, bersepeda secara sehat, riang dan aman setidaknya mengurangi publikasi buruk yang menstigma komunitas sepeda sebagai kelompok pelanggar disiplin di jalan umum, juga mematahkan ekspos berlebihan atas orang yang meninggal saat bersepeda.
Kegiatan bersepda kembali marak saat wabah Covid-19. Hanya saja hobi sehat ini didera publikasi negatif di media sosial dan media massa, bahkan ditambah bumbu dan kepentingan lain dengan mengkaitkannya sebagai hobi orang kaya dan eksklusif.
Situasi itu membuat persepsi masyarakat terbelah. Jika dibiarkan, bangunan persepsi yang tidak proporsional rawan menjadi sumber konflik.
“Mewaklili negara, Polantas hadir di garda terdepan mempersempit sebaran Covid-19, melindungi masyarakat dari ancaman kematian, juga mengedukasi warga dengan pemahaman yang pas dan benar lewat kampanye Ngepit Tanpo Ngovid itu tadi,” tandas Arman Achdiat.