Demak, Kabarku.net – Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jateng KH Ahmad Darodji MSi, mengatakan, almaghfurlah KH Muslih Abdurrahman Mranggen sangat besar jasanya dalam perjalanan sejarah kebangsaan Indonesia. Kiai Muslih tidak sekadar mengasuh santri di Pondok Pesantren Futuhiyyah, dalam rangka mendidik dan mengkader alim ulama, dia juga menunjukkan kecintaannya kepada negara dan bangsanya (hubbul wathan minal iman) dengan terjun langsung menjadi pasukan Hizbullah.
“Bahkan dengan doa dan ilmunya Kiai Muslih ikut menumpas gerombolan G.30S/PKI di wilayah Mranggen dan sekitarnya. Mari kita meneladani sifat dan perjuangan Kiai Muslih yang memang layak jadi panutan,’’ kata Kiai Darodji saat peluncuran Buku berjudul ‘’Kiai Muslih Mranggen, Sang Penggerak & Panutan Sejati’’ Senin (3/8/2020) di Masjid An-Nur, Pondok Pesantren Futuhiyyah, Suburan, Mranggen, Demak.
Acara tersebut juga dibarengkan dengan Haul Ke-80 KH Abdurrahman bin Qasidil Haq (Mbah Dur) ayah kandung Kiai Muslih Abdurrahman. Hadir pula Rais Syuriyah PWNU Jateng KH Ubedulloh Shodaqoh, Rais Syuriyah PCNU Kota Semarang KH Hanief Ismail Lc, Ketua PWNU KHM Muzamil, Rektor UIN Walisongo Prof Dr Imam Taufiq MAg, Ketua Alumni Futuhiyyah Prof Dr Muhibbin Noor MAg, Rektor Unwahas Prof Dr Mahmutarom SH, Wakil Rektor Unnes, Wakil Rektor Unissula dan para kiai dari Demak dan Semarang, dan lain-lain.
Kiai Daroji sempat mengupas banyak buku tersebut, serta soal foto Kiai Muslih yang menjadi cover utama buku tersebut. Menurut Kiai Darodji wajah seperti ini adalah seperti ajaran Rasulullah orang yang bisa menahan marah kepada orang.
Baca juga :
- Mahasiswa Unisri Solo Raih The Best Talent Ajang Putra Putri Kampus Indonesia
- Kepala SMP di Semarang Menginginkan Pembelajaran Tatap Muka di Sekolah
- Artidjo Alkostar, “Momok” Koruptor Indonesia Meninggal Dunia
- Balai Bahasa Jateng Gelar Penghargaan Prasidatama 2021
- Ganjar Pantau Banjir di Kaligawe Semarang Sudah Mulai Surut
‘’Walkadziminal ghoido wal’afina anin nas, orang yang bisa menahan amarah dan mudah memaafkan kesalahan orang lain,’’ kata Darodji.
Ketua Yayasan Futuhiyyah KH Ahmad Said Lafif Hakim menjelaskan, haul Mbah Dur yang biasanya digelar awal Dzulhijjah dilaksanakan secara sederhana karena pandemi Covid-19. ‘’Kami tidak mengundang jamaah muridin-muridat pengajian tarekat Senin dan Kamis, tetapi hanya menghadirkan para guru madrasah di lingkungan Futuhiyyah,’’ kata cucu Kiai Muslih Abdurrahman itu.
Sementara, pengasuh pondok pesantren Futuhiyyah KH Muhammad Hanif Muslih Lc menjelaskan, buku ‘’Kiai Muslih Mranggen, Sang Penggerak & Panutan Sejati’’ berisi perjalanan hidup (manaqib) Kiai Muslih dikerjakan selama dua bulan oleh tim yang dipimpin Agus Fathuddin Yusuf, wartawan senior di Harian Suara Merdeka. ‘’Saya menyampaikan terima kasih kepada tim penulis yang merampungkan buku ini secara cepat,’’ katanya.
Buku setebal 430 halaman itu terdiri tujuh bab. ‘’Perjalanan Kiai Muslih dari kecil, remaja, dewasa hingga menikah, riwayat pendidikan, gagasan dan pemikiran serta testimoni dari keluarga, santri, alumni dan warga masyarakat,’’ kata Kiai Hanif.
Kata pengantar disampaikan Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin, sambutan Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar, Menteri Agama, Gubernur Jateng, Kapolda, Pangdam IV/Diponegoro dan Ketua Umum MUI Jateng melengkapi buku tersebut. Duta Besar Arab Saudi Agus Maftuh Abegebriel dan Prof Dr KH Masykuri Abdullah yang juga alumni pesantren Futuhiyyah turut menulis testimoninya.
Pihak pesantren Futuhiyyah cetakan pertama hanya membuat 3.000 eksemplar. ‘’Tetapi melihat animo para alumni dan masyarakat yang pesan kepada kami cukup banyak sehingga kemungkinan akan kami cetak lebih banyak lagi,’’ kata Kiai Hanif.
‘’Alhamdulillah para alumni Futuhiyyah sudah menyebar di masyarakat dan menjadi orang-orang yang bermanfaat, di antaranya Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar, Duta Besar Arab Saudi Agus Maftuh Abegebriel, Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang dr Hakam dan lain-lain,’’ katanya.
Baca Berita Lainnya:
- Mahasiswa Unisri Solo Raih The Best Talent Ajang Putra Putri Kampus Indonesia
- Kepala SMP di Semarang Menginginkan Pembelajaran Tatap Muka di Sekolah
- Artidjo Alkostar, “Momok” Koruptor Indonesia Meninggal Dunia
- Balai Bahasa Jateng Gelar Penghargaan Prasidatama 2021
- Ganjar Pantau Banjir di Kaligawe Semarang Sudah Mulai Surut
Meskipun upacara haul diselenggarakan secara sederhana, pembacaan yasin dan tahlil juga khataman Alquran tetap dilaksanakan oleh para santri, guru-guru madrasah dan alumni Futuhiyyah