Semarang, Kabar.net – Kawasan Industri Wijayakusuma (KIW) Semarang mendukung rencana pemerintah untuk meningkatkan investasi di Indonesia dengan adanya Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang.
Rencana pemerintah seperti yang disampaikan Menteri Badan Usaha Mili Negara (BUMN), Erick Thohir, bahwa kawasan industri baik di Batang maupun Subang-Majalengka untuk fokus dan konsentrasi dalam dua hal industri high technology dan memperbaiki rantai pasok (supply chain).
Direktur Operasional PT KIW Semarang Ahmad Fauzie Nur mengatakan, fungsi kawasan industri Batang dan Subang diprioritaskan untuk mengantisipasi dan responsif pemindahan investasi dari luar negeri diutamakan untuk high technology dan memperbaiki supply chain.
“KIW sebagai anggota konsorsium bersama PT PP, PTPN IX dan Pemerintah Kabupaten Batang siap mendukung rencana tersebut,” katanya kepada wartawan di Semarang, Selasa (18/8).
Menurut Fauzie, pertimbangan pemerintah sangat tepat pada pandemi Covid-19 telah mengajarkan bahwa Indonesia memiliki dua kekuatan besar, yaitu market dan sumber daya alam.
Baca juga :
- Arab Saudi Wajibkan Jamaah Haji 2021 Vaksin Covid-19
- Saat Ganjar dan Risma Nikmati Pijatan Terapis Disabilitas
- Demokrat Jateng Tak Akui Hasil KLB yang Tetapkan Moeldoko Ketua Umum
- Tim MRI-ACT Beri Pelayanan Kesehatan Warga Korban Banjir Semarang
- Keteguhan Iman Bilal Bin Rabbah
Sehingga sisi lain yakni logistik dan inovasi harus diperkuat karena sekaligus terhubung dengan supply chain dan ke depan harus mengurangi impor.
Apalagi Indonesia, lanjut ia, harus merebut pasar salah satunya berani bersaing dengan Vietnam untuk menarik para investor dari negara lain.
Salah satu strateginya harus mampu menekan biaya logistik yang diperlukan investor karena relatif masih tinggi dibanding dengan Vietnam.
Sebagai gambaran, Vietnam saat ini memiliki 15 perjanjian perjanjian perdagangan bebas (Free Trade Agreement/FTA) sehingga biaya ekspornya lebih efisien dan penetrasi pasarnya pun terbilang mudah dibanding Indonesia.
Di samping biaya logistik investor relatif cukup tinggi, rantai pasok (supply chain) manufaktur di dalam negeri terbatas sehingga investor yang berkecimpung di industri manufaktur harus impor.
Belum lagi terdapat pembatasan impor bahan baku, serta ditambah lagi rumitnya perizinan dan registrasi produk masih menjadi kendala yang cukup menghambat.
Padahal negara-negara tetangga ternyata menawarkan waktu dua bulan untuk mengurus perpindahan izin.
“Fokus kawasan industri pada high-tech industry dan memperbaiki supply chain sangat sejalan dengan cita-cita untuk membangun sebuah kawasan industri yang memiliki nilai tambah tinggi (high value added),” jelas Fauzie.
Pertumbuhan kawasan industri ke depan harus dapat memfasilitasi industri manufaktur di Indonesia agar mampu menghasilkan produk barang yang berkualitas dan memenuhi standar internasional sekaligus mampu bersaing di pasar global.
“KIT Batang mengusung tema The Smart and Sustainable Industrial Estate siap melaksanakan dua fokus yang diarahkan pemerintah yakni high-tech industry dan supply chain,” tandas Ahmad Fauzie.