Semarang, Kabarku.net – Diterjang pandemi Covid-19 pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah (Jateng) pada kuartal pertama 2020 anjlok, hanya sebesar 2,60%.
Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo menyatakan, merebaknya wabah Covid-19 membuat semua target dan rencana yang telah disusun sebelumnya tidak tercapai.
“Pertumbuhan ekonomi hanya tumbuh 2,60 persen ini mengerikan. Kami sedang membuat skenario-skenario perbaikan ekonomi,” katanya di Semarang, Senin (15/6).
Menurut Ganjar, pihaknya telah melakukan revisi total terkait pertumbuhan ekonomi Jateng, salah satu cara yang akan digenjot adalah sektor investasi.
Semua potensi investasi yang ada di JAteng akan dorong terus. Terlebih lagi investasi juga bisa menyedot tenaga kerja lebih banyak.
Percepatan investasi, lanjut Ganjar, diyakani merupakan cara paling cepat untuk memulihkan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Jateng.
“Sejumlah perusahaan besar dari luar negeri berencana berinvestasi ke Jateng dalam waktu dekat,” ujarnya.
Di samping menggenjot investasi, langkah lain yang dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Jateng dengan mendesign APBD 2021 sebagai APBD Pertolongan.
“Desaign APBD 2021 lebih banyak diarahkan sektor ekonomi dengan kegiatan padat karya sehingga bisa mendongkrak ekonomi,” katanya.
Sementara, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jateng, Soekowardojo menyatakan, perekonomian Jateng pada 2020 diperkirakan akan bergerak lambat.
Hal ini karena adanya pandemi Covid-19 yang berdampak besar terhadap ekonomi Jateng pada tahun 2020 yang diperkirakan tumbuh pada rentang 1,4%-2,4% (yoy).
Perkiraan tersebut lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahun 2019 yang sebesar 5,41% (yoy).
Menurut Soekowardojo, perlu adanya langkah-langkah strategis untuk menekan dampak pada pertumbuhan ekonomi, antara lain dengan menjaga tingkat produktivitas sektor pertanian untuk mengamankan pasokan dan menjaga kestabilan harga kebutuhan pokok serta memastikan distribusi hasil produk pertanian tetap lancar.
Serta menjaga kegiatan produksi industri pengolahan sektor sekunder, terutama industri makanan dan minuman, tekstil, pakaian jadi, dan alas kaki.
“Serta perlu adanya dorongan untuk kegiatan porduksi industri kimia serta farmasi berpotensi meningkat di tengah penyebaran Covid-19,” ujarnya. ins